ITULAH hasil survei yang didapat Indo Barometer terhadap 13 tahun jalannya reformasi. Masyarakat berpendapat bahwa era reformasi belum mampu memberikan perbaikan kepada perikehidupan rakyat. Bahkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap 18 bulan pemerintahan SBY-Boediono berada pada titik terendah.
Penilaian masyarakat tentunya bukan didasarkan pada sistem politik yang diterapkan. Masyarakat bukan melihat bahwa sistem otoriter jauh lebih baik dari sistem demokrasi. Namun kepemimpinan dari para Presiden jauh lebih menentukan.
Lepas dari kekurangannya sebagai pemimpin yang melahirkan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme maupun pelanggaran hak asasi manusia, kita harus mengakui bahwa Presiden Soeharto merupakan pemimpin yang tegas. Ia tidak pernah ragu untuk mengambil keputusan, apabila sesuai dengan strategi dan sistem yang ia yakini.
Presiden Soeharto juga merupakan pemimpin yang berani memikul tanggung jawab. Ia tidak pernah mengorbankan anak buahnya demi menyelamatkan citranya sebagai seorang pemimpin.
Tugas seorang pemimpin adalah meyakinkan orang lain untuk mengerjakan hal yang kadang tidak ia sukai. Untuk itulah seorang pemimpin harus bisa menjelaskan apa yang dikehendaki dari kebijakan yang diambil dan apa manfaat dari kebijakan bagi masyarakat.
Kita tahu bahwa pilihan yang dimiliki seorang pemimpin kadang musykil. Pilihan yang mereka hadapi sering kali bukan antara baik dan buruk, tetapi antara buruk dan kurang buruk. Namun sepelik apa pun, seorang pemimpin harus mengambil keputusan.
Memang keputusan itu bisa saja keliru. Namun keputusan yang keliru tentunya bisa diperbaiki. Dengan keputusan itulah maka kita menapaki kemajuan, tidak seperti ketika membiarkan persoalan menggantung tanpa keputusan, yang membuat kita akhirnya tidak berbuat apa-apa.
Sepanjang kepemimpinan Presiden Soeharto kita memang melihat ada persoalan yang muncul. Namun di balik persoalan, kita melihat banyak kemajuan yang juga bisa diraih. Bahkan dengan Proyek Bimas dan Inmas serta pembangunan infrastruktur yang besar-besaran, rakyat kecil ikut menikmati kemajuan.
Tidak usah heran apabila karya Presiden Soeharto begitu membekas di mata masyarakat. Apalagi pemerintahan sepanjang 13 tahun reformasi tidak menunjukkan karya-karya besar seperti zaman Orde Baru. Akibatnya, orang mudah untuk mengenang masa lalu.
Hasil survai Indo Barometer memang bukan dimaksudkan untuk kita mundur ke belakang. Ini justru harus menjadi tantangan bagi pemerintahan Orde Reformasi untuk lebih fokus kepada hasil. Jangan hanya terus berkutat dengan diskusi berkepanjangan, namun kemudian tidak menghasilkan apa-apa.
Tantangan terberat dihadapi pemerintahan SBY-Boediono karena mereka sedang berkuasa sekarang. Masyarakat mengharapkan agar kekuasaan itu bisa memberi manfaat bagi perbaikan kehidupan masyarakat.
Survei 18 bulan pemerintahan SBY-Boediono menunjukkan rendahnya kepuasan masyarakat. Itu bukan hanya tercermin dalam sisi ekonomi, tetapi juga dari sisi politik dan hukum. Pemerintahan kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum memberikan karya yang bisa dirasakan.
Survei yang dilakukan Indo Barometer memang bukan hanya dimaksudkan untuk memberikan penilaian. Survai ini sebaiknya dilihat sebagai indikator ekspektasi masyarakat yang harus bisa dipenuhi pemerintah.
Pada akhirnya tujuan kita bernegara dan memiliki pemerintahan bukan sekadar memiliki seorang pemimpin. Kita membutuhkan pemimpin yang bisa membawa kemajuan kepada kehidupan bangsa ini.
Apalagi jika itu kemudian kita letakkan dalam konteks globalisasi. Kita harus mampu meraih kemajun dalam membangun bangsa dan negara ini, karena kita tidak ingin menjadi bangsa yang kalah. Kita ingin menjadi bangsa pemenang.
Faktor pemimpin dan kepemimpinan merupakan faktor yang penting dalam meraih kemajuan. Kita membutuhkan pemimpin yang tegas dan efektif karena banyak hal yang harus diputuskan untuk mencapai kemajuan itu.
|
|
Categories:
Soeharto dimata masyarakat.
|
|
Post a Comment