POJOK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

Blog untuk berbagi ilmu dan menambah wawasan

Facebook
RSS
Pojok Universitas Muhammadiyah Gresik

Aplikasi Screen Recorder Free

Free Screen Recorder


Aplikasi ini digunakan untuk membuat video dari desktop kita, silahkan download free

[ Read More ]

Soeharto dimata masyarakat.

ITULAH hasil survei yang didapat Indo Barometer terhadap 13 tahun jalannya reformasi. Masyarakat berpendapat bahwa era reformasi belum mampu memberikan perbaikan kepada perikehidupan rakyat. Bahkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap 18 bulan pemerintahan SBY-Boediono berada pada titik terendah.

Penilaian masyarakat tentunya bukan didasarkan pada sistem politik yang diterapkan. Masyarakat bukan melihat bahwa sistem otoriter jauh lebih baik dari sistem demokrasi. Namun kepemimpinan dari para Presiden jauh lebih menentukan.

Lepas dari kekurangannya sebagai pemimpin yang melahirkan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme maupun pelanggaran hak asasi manusia, kita harus mengakui bahwa Presiden Soeharto merupakan pemimpin yang tegas. Ia tidak pernah ragu untuk mengambil keputusan, apabila sesuai dengan strategi dan sistem yang ia yakini.

Presiden Soeharto juga merupakan pemimpin yang berani memikul tanggung jawab. Ia tidak pernah mengorbankan anak buahnya demi menyelamatkan citranya sebagai seorang pemimpin.

Tugas seorang pemimpin adalah meyakinkan orang lain untuk mengerjakan hal yang kadang tidak ia sukai. Untuk itulah seorang pemimpin harus bisa menjelaskan apa yang dikehendaki dari kebijakan yang diambil dan apa manfaat dari kebijakan bagi masyarakat.

Kita tahu bahwa pilihan yang dimiliki seorang pemimpin kadang musykil. Pilihan yang mereka hadapi sering kali bukan antara baik dan buruk, tetapi antara buruk dan kurang buruk. Namun sepelik apa pun, seorang pemimpin harus mengambil keputusan.

Memang keputusan itu bisa saja keliru. Namun keputusan yang keliru tentunya bisa diperbaiki. Dengan keputusan itulah maka kita menapaki kemajuan, tidak seperti ketika membiarkan persoalan menggantung tanpa keputusan, yang membuat kita akhirnya tidak berbuat apa-apa.

Sepanjang kepemimpinan Presiden Soeharto kita memang melihat ada persoalan yang muncul. Namun di balik persoalan, kita melihat banyak kemajuan yang juga bisa diraih. Bahkan dengan Proyek Bimas dan Inmas serta pembangunan infrastruktur yang besar-besaran, rakyat kecil ikut menikmati kemajuan.

Tidak usah heran apabila karya Presiden Soeharto begitu membekas di mata masyarakat. Apalagi pemerintahan sepanjang 13 tahun reformasi tidak menunjukkan karya-karya besar seperti zaman Orde Baru. Akibatnya, orang mudah untuk mengenang masa lalu.

Hasil survai Indo Barometer memang bukan dimaksudkan untuk kita mundur ke belakang. Ini justru harus menjadi tantangan bagi pemerintahan Orde Reformasi untuk lebih fokus kepada hasil. Jangan hanya terus berkutat dengan diskusi berkepanjangan, namun kemudian tidak menghasilkan apa-apa.

Tantangan terberat dihadapi pemerintahan SBY-Boediono karena mereka sedang berkuasa sekarang. Masyarakat mengharapkan agar kekuasaan itu bisa memberi manfaat bagi perbaikan kehidupan masyarakat.

Survei 18 bulan pemerintahan SBY-Boediono menunjukkan rendahnya kepuasan masyarakat. Itu bukan hanya tercermin dalam sisi ekonomi, tetapi juga dari sisi politik dan hukum. Pemerintahan kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum memberikan karya yang bisa dirasakan.

Survei yang dilakukan Indo Barometer memang bukan hanya dimaksudkan untuk memberikan penilaian. Survai ini sebaiknya dilihat sebagai indikator ekspektasi masyarakat yang harus bisa dipenuhi pemerintah.

Pada akhirnya tujuan kita bernegara dan memiliki pemerintahan bukan sekadar memiliki seorang pemimpin. Kita membutuhkan pemimpin yang bisa membawa kemajuan kepada kehidupan bangsa ini.

Apalagi jika itu kemudian kita letakkan dalam konteks globalisasi. Kita harus mampu meraih kemajun dalam membangun bangsa dan negara ini, karena kita tidak ingin menjadi bangsa yang kalah. Kita ingin menjadi bangsa pemenang.

Faktor pemimpin dan kepemimpinan merupakan faktor yang penting dalam meraih kemajuan. Kita membutuhkan pemimpin yang tegas dan efektif karena banyak hal yang harus diputuskan untuk mencapai kemajuan itu.
[ Read More ]

Potensi Wira Usaha via Internet.

“Sudah sangat jelas, kewirausahaan masa depan ada di internet. Dan, Indonesia punya modal besar menuju ke sana.”

Kalau pernyataan itu datang dari pejabat Indonesia mungkin biasa. Tapi karena harapan dan pujian itu disampaikan Pemimpin Eksekutif Google Eric Schmidt, maka lain lagi ceritanya. Google mesin pencari paling terkenal di dunia sekaligus perusahaan media online yang maju pesat. Majalah terkemuka Forbes pernah menyatakan Google merupakan salah satu dari lima perusahaan online terbesar di dunia.

Maka, saya merasakan pernyataan Eric Schmidt tentang Indonesia sebagai sebuah optimisme bagi masa depan negeri ini.

Eric Schmidt menyampaikan pujian dan harapan tersebut pada malam pembukaan Regional Entrepreneurship Summit (RES) di Nusa Dua, Jumat pekan lalu. Sekitar 400 wiraswasta dari Indonesia dan anggota ASEAN lain hadir pada acara yang memang paralel dengan pertemuan para menteri ASEAN tersebut.

Dalam pidato sekitar 30 menit itu, Eric memberikan sejumlah fakta yang biasa saya dengar tapi sekarang lebih berarti. Sekali lagi mungkin karena yang ngomong adalah salah satu orang berpengaruh di dunia.

Modal besar yang dimaksud Eric antara lain demokrasi yang sudah terbangun di Indonesia. Ini memang pujian yang sering terdengar untuk Indonesia. Dan, ada benarnya. Dibandingkan negara ASEAN lain, seperti Malaysia, Singapura, Laos dan Myanmar, Indonesia jauh lebih demokratis. Ini modal besar.

Modal lainnya, menurut Eric, adalah geliat anak-anak muda di Indonesia yang kini hidup dari internet. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pemakai internet tertinggi di dunia dari sisi jumlah, bukan dari sisi prosentasi.

Tinggi
Mari lihat faktanya. Menurut Internet World Stats hingga Juli 2011 ini, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 39.600.000 orang, terbanyak keempat di Asia setelah China, India, dan Jepang. Dia paling tinggi di antara negara-negara lain di kawasan ASEAN.

Dalam hal jejaring sosial, negara dengan penduduk sekitar 245 juta jiwa ini lebih tinggi dibanding negara lain di dunia, seperti China, Jepang, Inggris, dan negara lain. Pengguna Facebook di Indonesia saat ini sekitar 39.200.000 orang dan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengguna Facebook terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

“Tingginya jumlah pengguna internet akan berdampak pada meningkatnya ekonomi dan keuntungan di negeri ini,” kata Eric.

Optimisme Eric senada dengan apa yang disampaikan Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu yang memberikan pengantar sebelum pidato Eric. Marie mengatakan besarnya optimisme itu memang terbangun dari wajah-wajah anak muda yang ikut acara malam itu.

Saya melihat ratusan anak muda yang sudah membuktikan diri bisa melakukan usaha meski tak banyak dukungan dari negara. Usaha-usaha anak muda itu antara lain di bidang internet, desain, pemberdayaan desa, konfeksi, dan seterusnya.

Tiga Besar
Optimisme itu kembali disampaikan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton pada esok harinya setelah malam pembukaan bersama Eric Schmidt.

Selama sekitar 45 menit, Hillary menyampaikan puja-puji tentang masa depan ekonomi Indonesia. “Negeri ini salah satu dari tiga negara demokratis terbesar di dunia dengan peran yang terus berkembang pada perdagangan dan pertumbuhan global,” kata Hillary.

Dia memberikan data, sekitar 75 juta penduduk Indonesia saat ini berusia kurang dari 18 tahun. Anak-anak muda ini tumbuh di dunia sangat berbeda dengan para pendahulunya. Dengan kemudahan teknologi internet, mereka terhubung satu sama lain lalu menciptakan peluang ekonomi sendiri.

Menurut Hillary, peluang itu tak bisa hanya diciptakan pemerintah tapi. Bahkan, perusahaan yang saat ini sudah ada pun belum tentu bisa memahami apa yang dibutuhkan anak-anak muda ini.

Optimisme yang disampaikan tiga orang tersebut, Eric, Marie, dan Hillary menumbuhkan lagi harapan tentang cerahnya masa depan negeri ini termasuk di dunia maya. Di antara riuh rendah isu korupsi, pengangguran, kerusakan alam, negeri ini masih punya harapan. Bahwa kita bisa lebih baik di masa depan.
[ Read More ]